Text
Dampak Penerapan Clinical Pathway Terhadap Kualitas Dan Kuantitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Rawat Inap Dengan Demam Tifoid Di Rumah Sakit Fmc Bogor
Demam tifoid merupakan permasalahan kesehatan global terutama di negara
berkembang, salah satunya di Indonesia. Kejadian resistensi penggunaan antibiotik
pada terapi demam tifoid dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan clinical pathway
terhadap kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik pada terapi tifoid di rumah sakit
FMC Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan
secara retrospektif yang dianalisis menggunakan metode Gyssens dan ATC/DDD.
Data penelitian diambil dari rekam medis pasien periode Januari-Desember 2018 dan
Januari-Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 115 data rekam medis pasien demam tifoid menggunakan seftriakson
sebagai antibiotik yang paling banyak digunakan untuk terapi tifoid. Kualitas
penggunaan antibiotik sebanyak 40% dinyatakan rasional sebelum penggunaan
clinical pathway dan sebanyak 57,3% sesudah penggunaan clinical pathway (kategori
0), sedangkan 60% lainnya tidak rasional (kategori I-VI) dan pada sesudah CP
sebanyak 42,7% termasuk kedalam kategori 0, sisanya masuk kedalam kategori tidak
rasional (Kategori I-VI) yang meliputi penggunaan antibiotik tidak tepat interval
pemberian, penggunaan antibiotik yang terlalu lama, penggunaan antibiotik yang
terlalu singkat, terdapat antibiotik lain yang lebih efektif, dan terdapat antibiotik lain
yang kurang toksik/lebih aman. Kuantitas penggunaan antibiotik dinyatakan melebihi
standar WHO yaitu pada penggunaan seftriakson sebesar 81 DDD/100 patient days
sebelum clinical pathway dan 92,4 DDD/100 patient days sesudah clinical pathway.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh 1) Terdapat perbedaan kualitas penggunaan
antibiotik antara sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway pada pasien rawat
inap dengan demam tifoid di rumah sakit FMC Bogor; 2) Terdapat perbedaan
kuantitas penggunaan antibiotik antara sebelum dan sesudah penerapan clinical
pathway pada pasien rawat inap dengan demam tifoid di rumah sakit FMC Bogor.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak rumah sakit
sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dalam rangka meningkatkan rasionalitas
penggunaan antibiotik.
Tidak tersedia versi lain