Text
Analisis Profil Pengobatan, Biaya Medis Langsung, Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Hemodialisis Di Rs X Di Banten Periode Januari – Desember 2019
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia karena
prevalensinya terus meningkat. PGK tidak hanya menyebabkan gagal ginjal tetapi
juga menyebabkan komplikasi kardiovaskular dan kematian. Sebagian besar kasus
PGK baru terdiagnosa pada stadium akhir. Terjadi peningkatan 4 kali lipat pada
pasien baru menjadi 21.050 pasien, dan peningkatan 16 kali lipat pada pasien aktif
menjadi 30.554 pasien tahun 2007 sampai dengan 2015. Pembayaran yang
dilakukan oleh BPJS menggunakan sistem INA-CBGs. Tarif INA-CBGs
merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber daya rumah sakit
yang digunakan dalam pelayanan medis maupun non medis. Penetapan tarif INACBGs
berdasarkan
regionalisasi
dan
tipe
rumah
sakit,
sehingga
tarif
yang
diterima
oleh
setiap
rumah
sakit
belum tentu
sama
dengan
rumah
sakit
yang lain.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
melihat
kelayakan
profil
pengobatan
riil
dibandingkan
dengan
standar
Pernefri (Perkumpulan Nefrologi Indonesia) dan konsekuensi biayanya
untuk dibandingkan dengan tarif Ina-CBGs, serta melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan rancangan potong-lintang (cross sectional). Data profil
pengobatan diambil secara retrospektif dari rekam medis. Data biaya langsung
diambil secara retrospektif dari dokumen data biaya pengobatan pasien gagal
ginjal kronik. Data kualitas hidup pasien diambil secara prospektif dari
wawancara secara langsung menggunakan kuesioner EQ-5D tervalidasi. Hasil
penelitian untuk 78 pasien dengan sosie demografi diperoleh gambaran jenis
kelamin adalah 43 laki-laki dan 35 perempuan, dengan rentang usia terbanyak >
50 tahun, pensiunan dan IRT, pendidikan menengah SMP/SMA, status
perkawinan terbanyak adalah kawin. Untuk tingkat ekonomi terbanyak
penghasilan > 2 juta – 4 juta per bulan dengan persepsi kondisi ekonomicukup
nyaman. Berdasarkan profil pengobatan ketidaksesuaian terapi EPO dengan Hb
antara 8 g,dL-10 g/dL tidak diberikan EPO. Berdasarkan perhitungan biaya medis
riil sebesar Rp 660.529 lebih kecil dari biaya medis ideal sebesar Rp 778.786 dan
tariff Ina-CBG’s Rp 879.100. Berdasarkan analisa regresi linear ada 1 faktor yang
paling mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis yaitu depresi. Dari hasil
di atas dapat disimpulkan bahwa perbandingan biaya riil, ideal dengan tariff InaCBG’s
signifikan
(p
Tidak tersedia versi lain