Text
Evaluasi Polifarmasi Pasien Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Pamulang Tangerang
ABSTRAKrnrnrn(A) QURROTUL AINI (2006212228)rnrn(B) EVALUASI POLIFARMASI PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA PAMULANG TANGERANG rnrn(C) xi + 95 Halaman; 2009; 12 Gambar; 5 Lampiranrnrn(D) Kata kunci: Polifarmasi, penyakit dalam, rawat inaprnrn(E) Polifarmasi adalah pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien dalam waktu yang bersamaasn. Pasien penyakit dalam merupakan pasien dengan kondisi penyakit lebih dari satu macam. Hal ini memungkinkan pasien tersebut menerima obat secara polifarmasi. Polifarmasi dapat diberikan selama pemberiannya rasional sesuai standar pelayanan medis dan menghindari terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan mengkaji kerasionalan penggunaan obat dan kemungkinan terjadinya interaksi obat yang merugikan akibat polifarmasi pada pasien rawat inap penyakit dalam. Penelitian dilakukan secara prospektif selama bulan Maret - April 2009 di bagian rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada (RS BBH) Pamulang Tangerang. Pengumpulan data pasien diambil dari rekam medik pasien. Data pasien yang dikumpulkan yaitu nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, berat badan, diagnosa penyakit, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, dan hasil laboratorium. Obat-obat yang diminum pasien kemudian dianalisa berdasarkan Standar RS BBH dan pustaka Australia Therapeutic Guidelines, British National Formulary serta Drugs Interaction. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu, pasien yang mendapatkan terapi obat sesuai dengan diagnosa penyakit sebanyak 27%, dan pasien yang menerima obat tidak sesuai dengan diagnosa penyakit 73%. Rasionalitas dari segi dosis, pasien yang mendapatkan obat dengan dosis sesuai standar terapi sebanyak 75,47% sedangkan yang tidak sesuai dengan standar terapi sebanyak 24,53%. Pasien yang mendapatkan obat yang sama (double) dalam satu resep sebanyak 17%. Potensi terjadinya interaksi obat yaitu interaksi farmakokinetik (81%), dan interaksi farmakodinamik (4%). Sebanyak 319 kejadian interaksi obat 304 (95%) merupakan interaksi obat yang merugikan. Obat-obat yang sering berinteraksi diantaranya antasid-pumpitor, Isoniazid-parasetamol, isoniazid-etambutol, dan parasetamol-klidinium, semua obat-obat yang sering berinteraksi tersebut menyebabkan terjadinya interaksi farmakokinetik.rnrn(F) Daftar rujukan: 34 Buah (1990-2008)rnrn(G) Dra. Aluwi Nirwana Sani, M.Pharm., Apt.; dr. Tri Widowati, MARS.rn
Tidak tersedia versi lain