Text
Evaluasi Penggunaan Sefalosporin Pada Pasien rawat Inap Di Ruang Kenanga Dan Anyelir Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi Periode Maret - Mei 2007
ABSTRAKrnrnrn(A) LUKAS HARDADI (2003210091)rnrn(B) EVALUASI PENGGUNAAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG KENANGA DAN ANYELIR RUMAH SAKIT MEKAR SARI BEKASI PERIODE MARET – MEI 2007rnrn(C) ix + 90 halaman; 2007; 14 tabel; 3 gambar; 6 lampiranrnrn(D) Kata kunci : evaluasi, sefalosporin, ruang Kenanga dan Anyelir, Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi.rnrn(E) Sefalosporin termasuk dalam antibiotika golongan beta laktam, yang bekerja secara selektif menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sefalosporin mempunyai spektrum aktivitas antibakteri yang luas, sehingga efektif untuk mengobati infeksi campuran yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan Gram negatif. Sefalosporin memiliki potensi nefrotoksik dan hepatotoksik (sefriakson). Potensi negatif ini dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis tinggi, terapi jangka panjang dan pasien dengan kombinasi obat yang juga mempunyai efek samping yang sama. Berdasarkan data penjualan obat di Rumah Sakit Mekar Sari, antibiotika sefaloporin banyak digunakan dalam peresepan yakni mencapai 27,64% dari total penggunaan antibiotika. Oleh karena itu penggunaan sefalosporin perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika sefalosporin di ruang Kenanga dan Anyelir Rumah Sakit Mekar Sari. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data penggunaan sefalosporin dari rekam medik pasien di ruang Kenanga dan Anyelir Rumah Sakit Mekar Sari periode Maret-Mei 2007 secara konkuren, kemudian dilakukan pengorganisasian data dan analisis data untuk mengetahui ketepatan penggunaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode Maret–Mei 2007, dari 104 pasien yang dirawat di ruang Kenanga dan Anyelir ada 4 pasien (3,85%) mendapatkan sefalosporin generasi I, 1 pasien (0,97%) mendapatkan sefalosporin generasi II, 98 pasien (94,21%) mendapatkan sefalosporin generasi III, 1 pasien (0,97%) mendapatkan sefalosporin generasi IV. Penggunaan sefalosporin berdasarkan diagnosis sebanyak 74,03% tepat indikasi dan 25,97% tidak tepat indikasi. Berdasarkan dosis terapi 74,03% sesuai dosis, 2,88% dosis kurang dan 23,07% dosis lebih. Berdasarkan lama terapi sebanyak 58,65% dengan lama terapi < 4 hari, 40,38% dengan lama terapi 5–9 hari, 0,97% dengan lama terapi 10-14 hari dan tidak ada pasien yang mendapatkan terapi > 15 hari. Berdasarkan rute pemberian 100% secara intravena; terdapat 36 kasus kombinasi antibiotika – antibiotika; 39 kasus interaksi antibiotika – obat lain.rnrn(F) Daftar Rujukan : 25 buah (1985 – 2006)rnrn(G) Drs. Agus Purwanggana, M.Si., Apt.rn
Tidak tersedia versi lain