Text
penetapan Kadar Aflatoksin B₁ Pada Jagung (Zea mays L.) Sebagai Bahan Baku Pakan Yang Diambil Dari daerah Boyolali Dan Klaten
ABSTRAK rnrn(A) RESKI WIDIYATI (2002210065/65)rnrn(B) PENETAPAN KADAR AFLATOKSIN B1 PADA JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN YANG DIAMBIL DARI DAERAH BOYOLALI DAN KLATEN rnrn(C) ix + 59 halaman; 2007; 10 tabel; 6 gambar; 10 lampiranrnrn(D) Kata kunci : Aflatoksin B1 ; ELISA ; Jagung rnrn(E) Aflatoksin B1 (AFB1) adalah senyawa racun yang merupakan metabolit sekunder dari Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang tumbuh pada media seperti jagung. Pada penyimpanan dalam jangka waktu yang lama jagung tersebut dapat terkontaminasi kapang Aspergillus flavus. Pakan yang tercemar aflatoksin akan merugikan peternak, karena akan terjadi keracunan aflatoksin pada ternak, sedangkan residu aflatoksin pada produk ternak akan membahayakan manusia yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar aflatoksin B1 pada jagung sebagai bahan baku pakan yang berasal dari salah satu petani pengumpul desa Pengkol Boyolali dan desa Malangan Klaten yang disimpan dalam gudang dan freezer selama 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu dengan menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) kompetitif langsung. Metode ELISA untuk penetapan kadar aflatoksin B1 pada jagung sebagai bahan baku pakan cukup akurat dengan nilai perolehan kembali adalah rata-rata 99,44%. Pada penetapan kadar diperoleh hasil kadar aflatoksin B1 pada jagung yang berasal dari desa Pengkol Boyolali pada 0 minggu yang disimpan dalam gudang 1,8 ppb, freezer 1,2 ppb dan pada 8 minggu yang disimpan dalam gudang 8,0 ppb, freezer 2,8 ppb. Sedangkan sampel jagung dari desa Malangan Klaten pada 0 minggu yang disimpan dalam gudang 1,4 ppb, freezer 1,7 ppb dan pada 8 minggu yang disimpan dalam gudang 4,95 ppb, freezer 3,7 ppb. Kadar aflatoksin B1 tertinggi terdapat pada jagung yang berasal dari salah satu petani pengumpul desa Pengkol Boyolali setelah penyimpanan 8 minggu pada tempat penyimpanan di gudang dengan kadar 8,0 ppb. Namun hasil tersebut masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan menurut peraturan pemerintah di Indonesia yaitu sebesar 50 ppb. rn rn(F) Daftar rujukan : 24 buah (1969-2006)rnrn(G) Dra. Hj. Raffiah Elzan, Apt; Sri Rachmawati BSc., MSc.rn
Tidak tersedia versi lain