Text
Penetapan Kadar Aflatoksin B₁ Dalam Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Secara Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (Elisa)
ABSTRAKrnrnrn(A). OCTAMA RIANDINI (2002210056)rnrn(B). PENETAPAN KADAR AFLATOKSIN B1 DALAM KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) SECARA Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISA)rnrn(C). ix + 66 halaman: 2007; 14 tabel; 9 gambar; 10 lampiran.rnrn(D). Kata kunci: Aflatoksin B1; ELISA; Kacang tanahrnrn(E). Aflatoksin B1 adalah senyawa beracun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus. Jamur ini umumnya mengkontaminasi berbagai jenis bahan makanan pada proses penyimpanan, salah satunya pada kacang tanah. Kontaminasi aflatoksin paling banyak terjadi selama kacang tanah berada di tangan pengecer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar aflatoksin B1 dalam kacang tanah yang diperoleh dari pedagang di pasar-pasar tradisional di daerah Karawang, Cianjur, dan Sukabumi selama waktu penyimpanan 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu pada penyimpanan suhu 40C dan suhu gudang (320C) dengan menggunakan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISA). Contoh disiapkan dengan cara menimbang 25 gram kacang tanah yang telah dihaluskan, kemudian diekstrak dengan 50 mL metanol 60% dan disentrifuge 15 menit 3000 rpm. Larutan jernih dianalisis dengan metode ELISA kompetitif langsung. Metode ELISA memberikan hasil yang cukup akurat, terlihat dari hasil uji perolehan kembali yang diperoleh sebesar 101,9%. Hasil diagram batang menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar aflatoksin B1 antardaerah, antarwaktu penyimpanan, dimana tiap minggu kadar aflatoksin B1 cenderung meningkat, serta antarsuhu penyimpanan. Sedangkan menurut statistik ada perbedaan bermakna kadar aflatoksin B1 pada ketiga contoh kacang tanah pada tiap waktu penyimpanan, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada suhu penyimpanan 40C dan suhu gudang. Kadar Aflatoksin B1 tertinggi terdapat pada kacang tanah yang berasal dari Karawang setelah penyimpanan 8 minggu pada suhu gudang dengan kadar 4,30 ng/mL. Kesimpulan yang diperoleh bahwa ketiga contoh kacang tanah yang disimpan selama 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu pada suhu 40C dan suhu gudang menunjukkan bahwa semua contoh mengandung aflatoksin B¬1, namun tidak melebihi batas maksimum kadar aflatoksin B1 yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sebesar 20 ppb. rnrn(F). Daftar Rujukan : 23 buah (1990-2006)rnrn(G). Drs. Abdul Mun’im Chatib, M.M., Apt. dan Sri Rachmawati, B.Sc., M.Sc.rn
Tidak tersedia versi lain