Text
Efek Proteksi Fraksi Metanol Ekstrak daun Aglaia elliptica Blume Terhadap Karsinogenesis Payudara Tikus Putih Betina Yang Diinduksi DMBA (7,12-Dimethylbenz[a]anthracene)
ABSTRAKrnrnrn(A) DILLA MEYFIANA ERNIAWAN (2004210040)rnrn(B) EFEK PROTEKSI FRAKSI METANOL EKSTRAK DAUN Aglaia elliptica Blume TERHADAP KARSINOGENESIS PAYUDARA TIKUS PUTIH BETINA YANG DIINDUKSI DMBA (7,12-Dimethylbenz[a]anthracene)rnrn(C) xii + 48 Halaman; 2009; 5 Tabel; 11 Gambar; 11 Lampiranrnrn(D) Kata kunci : Daun Laban Abang, Aglaia elliptica Blume, Toksisitas akut, histopatologi, kelenjar payudararn rn(E) Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) adalah tanaman yang sedang dikembangkan potensinya sebagai obat kanker. Laban Abang mengandung senyawa aktif Rocaglamide, yang menunjukkan efek sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai LD50 dari fraksi metanol daun Laban Abang serta menguji efeknya sebagai penghambat karsinogenesis. Pada uji toksisitas akut diperoleh nilai LD50 fraksi metanol daun Laban Abang: 12,41 g/kg BB yang termasuk kategori toksik sedang. Pada uji efek proteksi karsinogenesis payudara digunakan tikus putih betina galur Sprague-Dawley yang setiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif), kelompok III (kontrol positif) diberi tamoxifen dengan dosis 1,6 mg tamoxifen/1ml untuk 200 g tikus. Kelompok IV, V, VI adalah kelompok yang mendapat perlakuan Dosis 1 (5 mg/200g BB), Dosis 2 (25 mg/200g BB), Dosis 3 (125 mg/200g BB). Sampel uji diberikan selama 12 minggu dimulai dari 2 minggu sebelum induksi DMBA. Semua kelompok kecuali kelompok 1, diinduksi DMBA secara per oral dengan dosis 20 mg/kg BB sebanyak 5 kali (tiap 3 hari 1 kali induksi). Pengamatan dilakukan selama 6 minggu (berat badan dan palpasi mulai minggu ke-4 setelah induksi DMBA). Evaluasi hambatan pembentukan kanker digunakan parameter histologi jaringan kanker payudara. Pada gambaran histopatologi terlihat bahwa kelompok dosis 1,2 dan 3 serta kontrol positif termasuk pada tingkat 2 (several ductal hyperplasia) dan kontrol negatif termasuk pada tingkat 4 (ductal carcinoma in situ). Secara statistik diketahui bahwa baik pada dosis 5 mg/200g BB; dosis 25 mg/200g BB maupun dosis 125 g/200 g BB dilihat dari gambaran histopatologinya mempunyai efek proteksi dengan cara menghambat proses karsinogenesis, walaupun antara dosis satu dengan yang lainnya tidak berbeda bermakna.rnrn(F) Daftar Rujukan : 31 buah (1983-2009)rnrn(G) Dra. Lestari Rahayu, M.S., Apt. Drs. Agung Eru Wibowo, M.Si., Apt.rn
Tidak tersedia versi lain