Text
Uji Toksisitas Bslt Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Dari Lima Daerah Berbeda Serta Penetapan Kadar Senyawa Kurkumin Dan Xantorizol
Uji toksisitas BSLT adalah uji pendahuluan untuk mencari bahan yang
berpotensi sebagai antikanker. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai
kandidat antikanker adalah temulawak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tingkat toksisitas terhadap Artemia salina dan mencari kandidat antikanker dari
temulawak yang berasal dari daerah berbeda berdasarkan toksisitasnya,
menetapkan kandungan kurkumin dan xantorizol dari ekstrak yang memiliki
toksisitas tertinggi. Penelitian ini dibuat ekstrak temulawak yang berasal dari
daerah Cirebon, Tembalang, Wonogiri, Jambi, dan Sumba menggunakan
metode maserasi. Hasil ekstrak dari lima daerah dilakukan uji penapisan
fitokimia, uji toksisitas dengan metode BSLT terhadap larva Artemia salina.
Pada ekstrak temulawak yang memiliki toksisitas tertinggi dilakukan uji
parameter non-spesifik serta penetapan kadar kurkumin dan xantorizol. Ekstrak
temulawak yang berasal dari lima daerah tersebut mengandung metabolit
sekunder flavonoid, saponin, kuinon, triterpenoid. Hasil LC50 ekstrak yang
berasal dari lima daerah Cirebon, Tembalang, Wonogiri, Jambi, dan Sumba
tersebut secara berurutan sebagai berikut 48,34 mg/L, 41,85 mg/L 64,58 mg/L,
105,32 mg/L, 82,17 mg/L. Ekstrak yang memiliki toksisitas tertinggi diperoleh
hasil penetapan parameter non-spesifik memenuhi persyaratan yang ditetapkan
serta pada ekstrak tersebut diperoleh kadar kurkumin dan xantorizol sebesar
74,79 ppm dan 118,17 ppm. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa ekstrak
temulawak memberikan efek toksik terhadap larva Artemia salina dan terdapat
perbedaan hasil toksisitas ekstrak yang berasal dari lima daerah, ekstrak dengan
toksisitas tertinggi yaitu ekstrak yang berasal dari daerah Tembalang
teridentifikasi mengandung senyawa kurkumin dan xantorizol.
Tidak tersedia versi lain