Text
OPTIMALISASI METODE EVALUASI PENGGUNAAN, MUTU, BIAYA ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT
Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang alveoli. Mortalitas kasus
pneumonia pada orang dewasa di Indonesia hingga 11,3%, dan merupakan salah satu
yang tertinggi di Asia Tenggara. Obat pilihan utama pneumonia yaitu antibiotik yang
harus tepat dalam pemberian dan mutu yang terjamin. Tujuan penelitian ini
mengevaluasi penggunaan, mutu dan biaya antibiotik pasien pneumonia rawat inap di
rumah sakit dalam upaya optimalisasi metode evaluasi. Penelitian dilakukan secara
cross sectional di empat rumah sakit, (dua di provinsi NTB dan dua di Jakarta) terdiri
dari rumah sakit pemerintahan tipe B dan rumah sakit swasta tipe C. Data diperoleh
secara restrospektif dari rekam medis pasien pneumonia rawat inap 2019 dan 2022.
Analisa dilakukan secara deskriptif, uji statistik dan kualitatif kepada dokter. Hasil
yang diperoleh kesesuaian terapi antibiotik dengan pedoman terapi pneumonia PDPI
pada 4 rumah sakit diperoleh tepat jenis 36,99%, tepat dosis 87,90%, tepat frekuensi
84,59% dan tepat durasi 45,43%. Rata-rata biaya medis langsung untuk pasien BPJS
yaitu Rp. 6.741.231 dan biaya obat Rp. 1.728.569. Adapun rata-rata biaya medis
langsung untuk pasien non BPJS yaitu Rp. 6.476.770 dan biaya obat Rp. 1.638.694.
Lama rawat inap rata-rata yaitu 6-10 hari sebanyak 54,07% pasien, kurang dari 5 hari
sebanyak 38,22% pasien, 11-25 hari 7,71% pasien. Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium dengan parameter leukosit, hanya terdapat 18,22% pasien yang dilakukan
pemeriksaan setelah pemberian antibiotik. Hasil uji korelasi menggunakan Spearman
rho antara kesesuaian antibiotik berdasarkan pedoman terapi pneumonia PDPI dengan
lama rawat inap tidak terdapat hubungan p-value >0,05. Berdasarkan analisa kualitatif
diperoleh bahwa pertimbangan utama dokter dalam pemilihan antibiotik yaitu kondisi
klinis pasien dan ketersediaan obat di rumah sakit. Berdasarkan uji keseragaman bobot,
uji disolusi dan kadar semua sampel antibiotik memenuhi persyaratan. Uji diameter
hambat semua sampel sensitif dengan bakteri S.pneumonia serta K.pneumonia kecuali
semua sampel seftriakson resisten pada bakteri K.pneumonia, Berdasarkan hasil
tersebut maka optimalisasi metode evaluasi dengan menambahkan uji mikrobiologi
pada sediaan antibiotik sebagai pemeriksaan rutin post market, dapat menjamin mutu
sediaan di masyarakat. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode evaluasi
antibiotik dapat dioptimalkan dengan melakukan evaluasi dari berbagai aspek
penggunaan, mutu, biaya antibiotik.
Tidak tersedia versi lain