Text
Analisa Biaya Pengobatan Demam Tifoid Berdasarkan Clinical Pathway Di Rumah Sakit Di Rumah Harapan Bunda Jakarta Timur
Implementasi clinical pathway dilakukan untuk memilih pola praktek terbaik dari
berbagai macam variasi pola praktek, menetapkan standar yang diharapkan mengenai
lama perawatan dan penggunaan prosedur klinik. Selain itu, implementasi clinical
pathway dapat digunakan sebagai kendali mutu dan kendali biaya terutama pada kasus
yang berpotensi menghabiskan sumber daya yang besar. Kasus demam tifoid di Rumah
Sakit Harapan Bunda termasuk kriteria High Volume peringkat pertama tahun 2018 dan
Problem Prone dalam biaya pengobatan. Rumah Sakit telah melakukan implementasi
clinical pathway padan demam tifoid. Pada pelaksanaan yang sudah diterapkan perlu
diukur efektifitasnya dalam menurunkan rata-rata lama dirawat dan menghasilkan
outcome yang lebih baik. Tujuan penelitian ini melakukan evaluasi implementasi
clinical pathway untuk efisiensi biaya. Penelitian bersifat observasional dengan studi
perbandingan pengunaan antibiotik injeksi berdasarkan implementasi clinical pathway.
Pengambilan data secara retrospektif dengan variabel dependent outcome terapi (biaya
dan lama rawat) sedangkan variabel independent regimen penggunaan antibiotik.
Populasi pasien demam tifoid sesuai kriteria implementasi clinical pathway kode ICD
(A0.1) 571 pasien. Sampel menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi
langsung dijadikan sampel, dibagi berdasarkan regimen antibiotik terhadap sistem
pembayaran, sedangkan untuk kelompok dengan jumlah sedikit langsung dieksklusikan.
Kelompok pengamatan ada 4 yaitu : ceftriaxone generik (n=52) pembayaran JKN,
ceftriaxone bermerek (n=51) pemayaran umum, cefotaxime generik (n=53) pembayaran
JKN dan cefotaxime bermerek (n=57) pembayaran, sehingga total sampel 213 pasien.
Penelitian ini menggunakan prinsip evaluasi ekonomi kesehatan dengan
farmakoekonomi untuk melihat alternatif intervensi dengan efisiensi dan keamanan.
Analisa data secara statistik menggunakan software Statistical Package for Social
Science (SPSS) dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji satatistik lama rawat (p>0,05)
menjelaskan tidak memiliki perbedaan secara siqnifikan, nilai rata-rata (5,1315)
sehingga analisis minimalisasi biaya (AMiB) dapat dilakukan dalam penelitian ini. Hasil
biaya pengobatan yang termurah cefotaxime generik (Rp4.072.002,6792), selanjutnya
ceftriaxsone generik (Rp.4.479.480,4808), dilanjutkan cefotaxime bermerek
(Rp.6.945.258,3333) dan termahal ceftriaxsone bermerek (Rp.7.296.933,5686).
Kesimpulan berdasarkan (AMiB) antibiotik sistem pembayaran JKN lebih murah dari
umum dan antibiotik biaya termurah cefotaxime generik.
Tidak tersedia versi lain