Text
Pengaruh Pemberian Antibiotik Profilaksis Lanjutan Terhadap Tanda Klinis Infeksi Daerah Operasi (Ido) Superfisial Dan Length of Stay (Los) Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Swasta X Jakarta Barat
Rumah sakit swasta X yang berlokasi di Jakarta, ditahun 2019 sebanyak
425 kejadian sectio caesareae. Penelitian ini melihat pengaruh pemberian
antibiotik profilaksis lanjutan terhadap tanda klinis IDO dan LOS pada pasien
post SC. Pemberian antibiotik profilaksis diberikan terhadap seluruh pasien
sectio caerarea, Selanjutnya pemberian antibiotik di kelompokan menjadi 2
yaitu kelompok Antibiotik profilaksis lanjut dan kelompok antibiotik
profilaksis tidak lanjut yang akan dilihat pengaruh terhadap kejadian tanda
klinis IDO dan LOS. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2019 sampai
Desember 2019, sampel uji pada penelitian ini terbatas pada kriteria inklusi dan
eksklusi yang dihitung menggunakan rumus perbedaan dua proporsi. Desain
penelitian ini adalah kohort retrospektif dan sampel yang diperoleh secara
retrospektif dengan cara observasi data rekam medis pasien yang dianalisa
berdasarkan uji analisa bivariat menggunakan metode Chi square. Untuk
mengurangi pengaruh variabel perancu dalam kriteria inklusi dikontrol
berdasarkan uji analisa multivariat. Data yang diperoleh dianalisa dengan
software SPSS Statistics. Hasil penelitian menujukan bahwa pemberian
antibiotik post SC lanjutan memiliki kecenderungan 1,53 kali untuk
mengalami normal stay di rumah sakit dibandingkan dengan pemberian
antibiotik post SC tidak lanjut dengan nilai p 1,000 Setelah dilakukan
pengontrolan terhadap variabel perancu dengan diabetes militus dan
preeklamsia sebagai variabel perancu yang bermakna dalam mempengaruhi
LOS, maka pemberian abtibiotik post SC lanjutan memiliki kecenderungan
1,73 kali untuk mengalami normal stay di rumah sakit dibandingkan dengan
pemberian antibiotik post SC tidak lanjut dengan nilai p 0,561. Hasil analisis
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara antibiotik dengan LOS
setelah mengontrol variabel perancu. Pemberian antibotik post SC lanjutan
memiliki kecenderungan 0,37 kali untuk mengalami tanda kejadian IDO
dibandingkan dengan pemberian antibiotik post SC tidak lanjut dengan nilai p
0,436. Setelah dilakukan pengontrolan terhadap variabel perancu, maka
pemberian pemberian antibiotik post SC lanjutan memiliki kecenderungan 0,16
kali untuk mengalami tanda kejadian IDO dibandingkan dengan pemberian
antibiotik post SC tidak lanjut dengan nilai p 0,098. Variable perancu diabetes
melitus, preeklamsia dan KPD merupakan variabel perancu yang tidak
bermakna dalam mempengaruhi tanda kejadian IDO. Secara statistik, hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian
antibitik post SC dengan tanda klinis IDO setelah mengontrol variabel perancu
diabetes melitus, preeklamsia, dan ketuban pecah dini.
Tidak tersedia versi lain