Text
Biaya Pengeluaran Sendiri Dan Pengaruhnya Terhadap Kesulitan Ekonomi Pasien Hemodialisis Di Rsud Kabupaten Cirebon
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global
dengan prevalensi dan insidensi yang terus meningkat, prognosis yang buruk dan
biaya yang tinggi. Di Indonesia terapi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang paling
banyak dipilih adalah hemodialisa. Terapi Hemodialisa ini harus dilakukan secara
rutin dan berlangsung lama serta seumur hidup sehingga menimbulkan beban
ekonomi dan biaya pengeluaran sendiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan sosio-demografi dengan kesulitan ekonomi dan faktor penentu yang
dapat mempengaruhi kesulitan ekonomi, mengetahui persentase kesulitan
ekonomi pada pasien PGK dengan terapi hemodialisis dan komponen terbesar
biaya pengeluaran sendiri.di RSUD Kabupaten Cirebon. Penelitian ini
menggunakan rancangan non ekperimental secara potong –lintang (Cross
Sectional) dengan pengambilan sampel secara purposive sampling.Data primer
diperoleh melalui wawancara pasien dengan kuisioner terstruktur dan data
sekunder dari rekam medis pasien. Subyek penelitian adalah pasien Hemodialisa
di RSUD Kabupaten Cirebon yaitu sebanyak 100 pasien. Data dianalisis
menggunakan regresi logistik untuk mengidentifikasikan hubungan antara
variabel independen dan dependen. Hasil multivariat penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara jarak rumah pasien ke rumah sakit OR 6,674 (1,44430,85),
pendapatan pasien OR 0,164 (0,027-1,000), pengeluaran kesehatan OR
0,206 (0,008-0,286) dan lama hemodialisa OR 46,37 (4,171-515,488) dengan
kesulitan ekonomi. Pasien penyakit ginjal kronik mengalami kesulitan ekonomi
akibat hemodialisis 68% dan komponen biaya terbesar dari biaya pengeluaran
sendiri adalah biaya transport dan makan minum sebesar Rp.750.000/bulan yang
menyebabkan kesulitan ekonomi pada pasien PGK diRSUD Kabupaten Cirebon.
Tidak tersedia versi lain