CD-ROM
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN CLINICAL OUTCOME PASIEN TIFOID DI RSUD KOTA MATARAM
(A) LL. JOKO RAHARJO (2018210170)
(B) ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK BERDASARKAN CLINICAL OUTCOME PASIEN
TIFOID DI RSUD KOTA MATARAM
(C) xiii + 79 halaman; 29 tabel; 15 gambar; 18 lampiran.
(D) Kata kunci: Tifoid, antibiotik, cost effective
(E) Kasus tifoid rawat inap di RSUD Kota Mataram menduduki peringkat ke-9 dari
10 penyakit terbanyak. Penyakit ini cenderung bermasalah terutama dalam hal
biaya pengobatan. Evaluasi terapi antibiotik seharusnya tidak hanya dilihat
secara klinis, tapi juga dilihat dari aspek farmakoekonomi untuk mendapatkan
terapi yang cost-effective. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas
dan mengetahui terapi antibiotik yang cost-effective berdasarkan panduan terapi
tifoid di RSUD Kota Mataram. Metode penelitian menggunakan metode analisis
efektivitas biaya berdasarkan perhitungan nilai ACER dan ICER. Data diambil
secara retrospektif dengan melihat data rekam medik dan billing pasien tifoid
rawat inap periode Juni 2019-Desember 2020. Efektivitas diukur dari rata-rata
lama hari rawat dan waktu bebas demam. Biaya langsung diukur dari biaya obat,
biaya alat kesehatan, biaya visite, biaya laboratorium, biaya kamar, dan biaya
perawatan. Sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling dan
diperoleh 63 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian
menunjukkan antibiotik terbanyak adalah seftriakson (n=38), sefoperazon
(n=11), levofloxacin (n=8), dan sefotaksim (n=6). Rata-rata waktu bebas demam
tercepat adalah seftriakson (2,71 hari), Sefoperazon (3,36 hari), levofloxacin
(3,63 hari), sefotaksim (3,83 hari), dan tidak ada perbedaan bermakna untuk ratarata lama rawat inap. Pada usia 12-16 tahun, nilai ACER lama rawat inap
sefotaksim Rp 568.805,35 lebih rendah dari seftriakson Rp 605.549,28 dan
ICER waktu bebas demam seftriakson terhadap sefotaksim sebesar minus Rp
643.150,10 /unit efektivitas. Kesimpulan yang dapat diambil: Pada kelompok
usia 12-16 tahun, sefotaksim lebih cost-effective dari seftriakson pada lama
rawat inap, dan seftriakson lebih cost-effective dari sefotaksim pada waktu bebas
demam. Pada kelompok usia 17-25 tahun, seftriakson lebih cost-effective. Pada
kelompok usia 26-35 tahun, sefoperazon lebih cost-effective. Pada kelompok
usia 36-45 tahun, seftriakson lebih cost-effective untuk waktu bebas demam,
sedangkan untuk lama rawat inap diperlukan willingness to pay threshold.
(F) Daftar Rujukan: 58 buah (2010-2021)
(G) apt. Sondang Khairani, M. Farm. ; Baiq Heny Sulastriana, SKM., MPH
(H) 2022
Tidak tersedia versi lain